Sabtu, 20 Desember 2014

Siapakah Dayak?

Bagi orang non-kalimantan termasuk orang non-Indonesia, ketertarikan terhadap Kalimantan terutama disebabkan oleh eksotisme komunitas Dayak yang dipopulerkan dalam buku-buku perjalanan dan film-film lama:
"tentang kepercayaan animisme-nya, tentang rumah panjangnya, tentang upacara-upacara kematiannya, tentang tato dan telinga panjangnya, tentang tarian perangnya, dan tentang pengayauannya".

Dayak yang tergolong dalam rumpun Austronesia. Asal-usulnya yang sama dari wilayah Cina Selatan, yang sekitar 7000 tahun lalu telah memiliki budaya bercocok tanam. Jalur penyebarannya hingga ke Kalimantan dimungkinkan ada dua jalur, jalur timur dan jalur barat. Jalur timur dimulai dari daratan Cina menuju pulau Taiwan, lalu ke Filipina dan kemudian masuk ke Kalimantan. Migrasi dimulai sekitar 7000 tahun lalu ketika sekelompok orang mulai berlayar dari daratan Cina ke pulau Taiwan. Kemudian, 5000-6000 tahun yang lalu, dari Taiwan mereka mulai menyebar memasuki Filipina, dan sekitar 4000 tahun lalu mulai memasuki Kalimantan, dalam kedatangan bergelombang. Jalur barat dimulai dari daratan Cina menuju Vietnam, semenanjung Malaka, masuk ke pulau-pulau di Indonesia dan lalu  masuk ke Kalimantan.


Penyebaran jalur barat dikonfirmasi studi genetik yang menunjukkan bahwa jejak genetik dari daratan Asia Tenggara dan pulau utama di Indonesia lebih kuat daripada jejak genetik yang langsung berasal dari Taiwan. Setelah di pulau Kalimantan, kelompok Austronesian itu mengalahkan komunitas pemburu dan peramu yang disebut Austroloid, yang lebih dulu menghuni Kalimantan, dan kemudian menyebar ke seantero pulau membentuk ratusan kelompok berbeda dengan bahasa, organisasi sosial dan budaya yang agak berlainan. Suatu pendapat menyatakan bahwa ketika Hindu dan kemudian Islam mulai masuk, istilah Dayak diperkenalkan sebagai sebutan bagi mereka yang belum memeluk Hindu, atau kemudian belum memeluk Islam. Setelah tahun 1600-an, mereka yang kemudian memeluk Islam menjadi Kutai di Kalimantan bagian timur khususnya di sepanjang daerah aliran sungai Mahakam, atau Banjar di Kalimantan bagian selatan khususnya di daerah aliran sungai Barito,  atau Melayu di Kalimantan bagian barat khususnya di daerah aliran sungai Kapuas.

Komunitas yang saat ini disebut Dayak mencakup ratusan komunitas dengan budaya, organisasi sosial dan bahasa yang berlainan. Sesat jika mengira Dayak adalah sebuah etnis tunggal yang memiliki keseragaman bahasa dan budaya sebagaimana sebuah etnis seharusnya. Meskipun sama-sama mengaku sebagai dayak, apabila berasal dari daerah yang berbeda (letak kabupaten atau kecamatan atau desa), karena daerah tempat tinggal berbeda, seperti yang kita tahu, bahasa yang dimilikipun juga pasti berbeda.

Para etnografer kesulitan untuk bisa mengidentifikasi secara tegas kelompok etnik yang secara umum disebut Dayak. Sebab, dua komunitas Dayak bisa memiliki bahasa yang agak mirip namun memiliki budaya yang berlainan, atau memiliki budaya yang mirip namun bahasanya sangat berbeda. Jadi sangat sulit mengidentifikasi dan menghitungnya. Oleh sebab itu, para etnografer biasanya mengabaikannya dan hanya berusaha mengidentifikasi kelompok besarnya saja. Bernard Sellato, seorang ahli Dayak terkemuka, membedakan komunitas-komunitas Dayak di pulau Kalimantan ke dalam tujuh kelompok besar, yakni Iban, kelompok Barito, Kayan-Kenyah-Modang, kelompok Nulang Arch, Maloh dan Bidayuh.

Iban. Orang Iban merupakan kelompok etnik utama, yang tersebar di Sarawak, Malaysia, dan dalam jumlah kecil di Kalimantan Barat, Indonesia. Beberapa kelompok terkait dengan Iban adalah Kantu, Seberuang, Mualang, dan Desa. Diperkirakan,  jumlahnya di Sarawak  mencapai lebih dari 600 ribu jiwa dan di Kalimantan Barat  jumlahnya sekitar 15 ribu jiwa. Komunitas Iban termasuk kelompok yang dikenal sering berperang. Tercatat beberapa kali mereka melakukan penyerangan ke komunitas-komunitas Dayak lainnya.

Kayan-Kenyah-Modang. Kelompok ini menempati wilayah luas di wilayah tengan pulau Kalimantan, mulai dari wilayah Apo Kayan di Kalimantan Timur,  Rejang dan Baram di Sarawak, Malaysia, Hulu Kapuas di Kalimantan Barat, hingga Mahakam di Kalimantan Timur. Organisasi sosialnya terbagi tiga, yakni kelompok aristokrat, kelompok orang biasa dan kelompok budak. Diduga, kelompok ini merupakan kelompok Dayak yang paling belakangan tiba di pulau Kalimantan, yakni sekitar abad-abad pertama sampai kelima masehi. Mereka dikenal sebagai penakluk komunitas lainnya. Budaya mengayau yang menjadikan Dayak populer di dunia, merupakan tradisi mereka.

Bidayuh. Kelompok Bidayuh sebelumnya dikenal sebagai Dayak Darat yang merupakan kelompok heterogen yang tinggal di daerah aliran sungai Kapuas dan di barat-selatan Sarawak, Malaysia. Dipercaya, mereka merupakan salah satu kelompok Dayak tertua yang tiba di Kalimantan. Yang unik dari kelompok ini adalah pembangunan rumah tetua yang diperuntukkan sebagai pusat aktivitas para pria dan untuk melakukan berbagai ritual. Berbeda dengan kelompok Iban dan kelompok Kayan-Kenyah-Modang, kelompok Bidayuh dikenal sebagai kelompok yang menghindari konflik.

Dayak Kenyah di Mahakam (Batu Majang, Mahakam Hulu, Kalimantan Timur)
Maloh. Kelompok Maloh tinggal di hulu sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Kelompok Maloh atau dalam literatur lain kadang disebut kelompok Taman, memiliki struktur sosial yang terstratifikasi ketat. Sub utama kelompok ini ada tiga, yaitu Taman, Embaloh, dan Kalis.

Kelompok Barito. Secara tradisional, kelompok Barito menghuni wilayah tengah pulau Kalimantan. Termasuk di dalamnya adalah Dayak Ngaju yang tinggal di tengah dan barat Kalimantan tengah; Dayak Ot Danum yang tinggal lebih ke hulu; Dayak Siang dan Murung di hulu sungai Barito; Dayak Luangan dan Manyan di Barito Tengah; dan Dayak Benuaq, Bentian dan Tunjung di Mahakam Tengah.  Kekhasan kelompok ini adalah ritual pemakaman yang memerlukan dua kali perlakuan terhadap tubuh orang yang mati, yang dimungkinkan terkait dengan pusat Hindu kuno di wilayah selatan-timur Kalimantan.

Kelompok Nulang Arc. Sekelompok kecil komunitas di Sarawak dan perbatasan dengan Indonesia, seperti Kajang, Melanau, Berawan, Lun Dayeh, Lun Bawang, dan Kelabit dimasukkan dalam kelompok khusus Nulang Arc karena seperti kelompok Barito, mereka juga mempraktekkan ritus penguburan kedua bagi orang mati, dan mereka memiliki kesamaan historis dan budaya yang mirip. Hanya saja, mereka memiliki organisasi sosial dan ekonomi berlainan.

Upacara Baliatn, Dayak Benuaq, Kabupaten Kutai Barat
Selain tujuh kelompok di atas yang umumnya mengusahakan suatu pertanian padi, kebanyakan dilakukan di lahan sementara hasil tebang-bakar, dengan abu hasil pembakaran sebagai pupuknya (swidden agriculture atau ladang berpindah), ada satu kelompok lagi yang hingga baru-baru ini masih memiliki kehidupan nomadik (terus berpindah dan tidak memiliki pemukiman tetap) dan ekonomi subsisten tergantung pada perburuan dan meramu, yakni Punan. Mereka tersebar khususnya di pegunungan Schwaner-Muller, di daerah paling hulu sungai-sungai besar di pulau Kalimantan.