Minggu, 02 November 2014

Pahlawan Indonesia Yang Terlupakan

Berikut saya merangkum tentang pahlawan pahlawan di indonesia. Berikut ini saya akan memberikan tentang pahlawan indonesia yang terlupakan. Ada 4 pahlawan indonesia yang terlupakan sekaligus misterius.
Supriyadi adalah pahlawan nasional Indonesia, pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai menteri keamanan rakyat pada kabinet pertama Indonesia, namun tidak pernah muncul untuk menempati jabatan tersebut. Pada waktu itu, Supriyadi memimpin sebuah pasukan tentara bentukan Jepang yang beranggotakan orang orang Indonesia.
Karena kesewenangan dan diskriminasi tentara Jepang terhadap tentara PETA dan rakyat Indonesia, Supriyadi gundah. Ia lantas memberontak bersama sejumlah rekannya sesama tentara PETA. Namun pemberontakannya tidak sukses.
Pasukan pimpinan Supriyadi dikalahkan oleh pasukan bentukan Jepang lainnya, yang disebut Heiho. Kabar yang berkembang kemudian, Supriyadi tewas.
Tetapi, hingga kini tidak ditemukan mayat dan kuburannya. Oleh karena itu, meski telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah, keberadaan Supriyadi tetap misterius hingga kini. Sejarah yang ditulis pada buku-buku pelajaran sekolah pun menyebut Supriyadi hilang.
Namun yang membikin sosok Supriyadi semakin misterius adalah banyaknya kemunculan orang- orang yang mengaku sebagai Supriyadi. Salah satu yang cukup kontroversial adalah sebuah acara pembahasan buku รข€˜Mencari Supriyadi, Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno, yang diadakan di Toko Buku Gramedia di Jalan Pandanaran Semarang.

Dalam acara itu, seorang pria sepuh bernama Andaryoko Wisnu Prabu membuka jati diri dia sesungguhnya. Dia mengaku sebagai Supriyadi, dan kini berusia 88 tahun. Namun sampai sekarang pengakuan tersebut belum bisa dibuktikan kebenarannya, meski secara perawakan dan sejumlah saksi membenarkan klaim tersebut.

Tan Malaka Salah satu sosok pahlawan nasional kita yang terlupakan. Mungkin salah sedikit (atau satu-satunya) sosok pahlawan yang memiliki kisah petualangan dari negara ke negara lain dan menjadi sosok yang paling dicari oleh Belanda dan banyak negara lain. Selain itu, pada masa revolusi kemerdekaan keberadaannya selalu dicari oleh para pejuang pada saat itu (termasuk oleh Bung Karno) karena hobinya melakukan penyamaran untuk menghindari mata- mata musuh, sehingga sosoknya selalu misterius dan tidak banyak yang mengenal dengan pasti seperti apa sosok yang bernama asli Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka itu. Namun sayangnya keberadaan dari tokoh aliran kiri ini hilang secara misterius dalam pergolakan revolusi kemerdekaan itu. Konon kabarnya Tan Malaka dibunuh pada tanggal 21 Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya di daerah Kediri, Jawa Timur. Hingga kini makamnya tidak pernah bisa ditemukan.

Perobek Bendera Belanda Di Hotel Oranje. Peristiwa 10 November 1945 tentu tidak lepas dari dipicunya oleh salah satu peristiwa yang paling heroik, yaitu perobekan bendera Belanda di atas Hotel Oranje. Kisah ini dipicu oleh berita bahwa di Hotel Oranje di Tunjungan telah dikibarkan bendera Belanda merah-putih-biru oleh Mr Ploegman. Tentu saja hal tersebut tidak diterima oleh para arek-arek Suroboyo yang merasa pengibaran bendera tersebut dianggap sebagai penghinaan sebagai bangsa yang merdeka. Pada akhirnya Mr. Ploegman dibunuh oleh seorang pemuda mendekati dirinya tanpa ia ketahui dan menusukkan pisaunya bertubi-tubi. Pada saat itu Mr. Ploegman menghadapi ribuan massa di depan hotel yang menuntut penurunan bendera triwarna tersebut. Pada saat itu teriakan untuk menurunkan bendera kian membahana. Sejumlah pemuda telah membawa tangga untuk naik ke atap hotel, terdapat 8 sampai 10 pemuda. Dari atap ada yang naik ke tiang bendera dalam gemuruh teriakan, lalu bagian biru bendera itu pun dirobek, dan jadilah kini Sang Merah Putih yang berkibaran di angkasa. Memang kemerdekaan telah lama berlalu, dan seiring waktu bangsa ini lupa betapa berharganya arti sebuah kemerdekaan bangsa. Semoga tulisan singkat ini bisa menjadi renungan kita bersama. Khususnya bagi para pemimpin bangsa untuk mengisi kemerdekaan ini demi kemakmuran rakyatnya.

Kasman Singodimedjo. SEMARANG- Tidak banyak yang mengetahui Kasman Singodimedjo merupakan salah satu tokoh besar pergerakan nasional. Dalam buku sejarah pun, tak ada yang menyebut nama tokoh muda dari kalangan Islam nasionalis tersebut. ’’Sungguh ironis. Padahal Kasman Singodimedjo merupakan tokoh besar yang mewarnai hukum dan ketatanegaraan Indonesia,’’ ujar sejarawan Anhar Gonggong dalam seminar nasional ’’Prof Dr Kasman Singodimejo, Pejuang Kemerdekaan yang Terlupakan’’ di kampus Unissula Semarang, Selasa (17/7). Seminar yang dimoderatori Rektor Unissula Prof Dr Laode M Kamaluddin MSc MEng itu juga menghadirkan narasumber Dr Hamdan Zoelva MH, hakim Mahkamah Konstitusi. Menurut Anhar, sosok Kasman bukanlah jenis tokoh yang berpolitik untuk mencapai tujuan dan kepentingan pribadi, apalagi sekadar untuk memperkaya diri.

Aktivis Muhammadiyah kelahiran Purworejo itu, lanjutnya, selalu tampil sebagai perintis di saat-saat kritis. Pascakemerdekaan, jabatan yang pernah diemban Kasman antara lain Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Jaksa Agung, Kepala Urusan Kehakiman dan Mahkamah Tinggi Kementerian Pertahanan, Kepala Kehakiman dan Pengadilan Militer Kementerian Pertahanan dan terakhir Menteri Muda Kehakiman dalam Kabinet Amir Sjarifuddin II. Hamdan menilai, pemikiran politik dan kenegaraan Kasman Singodimedjo atau yang lebih dikenal dengan Mr Kasman tidak dapat dilepaskan dari keyakinan dan pendidikan Islam yang diperoleh sejak kecil, baik dari ayahnya maupun tokoh-tokoh Islam seperti KH Ahmad Dahlan dan KH Abdul Aziz. ’’Hal lain yang menarik dari pemikiran Kasman adalah penolakannya menggunakan istilah demokrasi dan mengajak menggunakan musyawarah,’’ katanya. AM Fatwa, ketua pengusul gelar pahlawan untuk Kasman, mengatakan, saat ini tengah diusulkan gelar pahlawan nasional bagi Kasman Singodimedjo, Ki Bagus Hadikusumo, dan Abdoel Kahar Moedzakir.