Sabtu, 20 Desember 2014

Sejarah yang Tidak Dipublikasikan

Bicara soal agama ya memang susah. Susahnya adalah bahwa kita semua beda agama dan beda kepercayaan, namun yang unik adalah beda agama namun satu kepercayaan, nah apa itu? ya budaya.
Jawabannya agama budaya. Kebetulan saya suku Dayak Kanayatn dan saya sudah beragama Katolik sejak lahir. Budaya Dayak ada dalam sanubari saya dan saya mencintainya karena tidak mungkin saya harus pensiun jadi orang Dayak dan pindah suku, sebab Tuhan sudah menaruh saya sebagai suku Dayak tentu ada maksudnya. Dalam agama saya yang Katolik itu, saya pun hidup dalam budaya Dayak yang juga mengimani Tuhan penguasa semesta alam. Yang saya tahu dalam budaya Dayak yang diajarkan adalah budi pekerti, kebaikan antara Penompa, Jubata, Duwata dsb dengan manusia. Manusia harus menghormati alam ciptaannya sehingga selangkah apapun orang Dayak harus minta ijin terlebih dahulu kepada Tuhan melalui alam, misalnya membuat ladang, mereka harus ijin dan memberikan persemebahan serta doa-doa dalam bahasa nyangahatn (lantunan syair doa dalam bahasa halus) meminta Tuhan memberikan berkat Nya. Yang perlu kita ketahui adalah media agama/kepercayaan yang kita gunakan dalam mengenal Tuhan ternyata tidak sama satu dengan lainnya, nah itu yang patut kita hargai.

Yakinlah jika dia seorang Dayak yang beragama Islam maka dia memiliki kepercayaan yang sama dengan seorang Dayak yang beragama Kristen yakni sama-sama percaya bahwa ajaran agama kepercayaan dari agama adat budayanya itulah yang mengallir dalam sanubarinya dan itu pulalah yang membuat setiap orang menjadi satu dalam keluarga besar Dayak dimana ketika menyatu dalam Dayak tidak ada istilah Islam, Krosten, Hindu, Budha dan sebagainya semua mereka menyatu dalam kepercayaan yang sama yakni budaya Dayak yang mengajarkan banyak budi pekerti. Perlu diketahui pula bahwa sebelum Hindu muncul di Indonesia, orang Dayak telah lebih dahulu beragama asli yang kemudian bermutasi menjadi Hindu di Kutai sementara suku-suku lainnya di Indonesia belum beragama Hindu termasuk Jawa yang termasyur itu. Artinya penyebaran Hindu setelah di Kalimantan tentulah salah satunya ke Jawa melalui hubungan Kutai dengan wilayah-wilayah lainnya di nusantara.

Sangat tidak masuk diakal jika Kutai sebuah kerajaan tertua di nusantara dengan masa jayanya yang berabad-abad tidak mempengaruhi wilayah lainnya di nusantara? Pasti Jawa, Sumatera, Sulawesi juga mendapat pengaruh besar dari Kutai kerajaan Hindu Dayak tertua di nusantara. Saya agak heran, kata “Dayak” dalam menyebutkan kerajaan Kutai hampir tidak terdengar, apa sengaja dihilangkan agar terkesan bahwa Kutai bukan kerajaan Dayak. Tugas kita semua untuk menyebarkan bahwa Kutai pertama adalah Kutai Dayak yang beragama Hindu. Artinya Dayak memiliki pengaruh besar di Indonesia dan menyumbangkan pemikiran serta sejarah yang tak ternilai harganya. Saya bangga menjadi orang Dayak sebab sejarah membuktikan bahwa Kerajaan tertua ada di Kalimantan dengan rajanya yang bernama Kudungga seorang Dayak asli Kalimantan yang telah beragama Hindu. Kejayaan Dayak tersebut kemudian direbut paksa oleh Kertanegara melalui siasat dan kemudian Kutai Dayak jatuh dan berubah nama menjadi Kutai Kertanegara.

Walaupun kalah, sejarah telah melukiskan bahwa pemilik pertama kerajaan Kutai adalah orang Dayak asli. Ini yang saya sangat banggakan. Jadi mari kita mengangkat dan mencari tahu tentang diri kita sendiri. Sejarah kita telah banyak dimanipulasi Jakarta dan orang-orang yang tidak ingin mengungkapkan tentang Dayak si pemilik syah Kerajaan Kutai itu. Mereka sengaja menyembunyikannya dari kita agar anak cucu kita tidak mengetahui lagi sejarah sesungguhnya. Mari Dayak bersatulah, sebab engkau pernah memiliki Raja dan yang pertama di nusantara ini. Engkau telah mengajari Jawa dan Sumatera untuk mendirikan kerajaan-kerajaan baru yang kemudian menjadi kerajaan yang ternama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar